ERDIKHA MORNING IDEA 10 JANUARY 2022
View PDF
10 Jan 2022

Kenaikan Yield Obligasi dan Kasus Baru Covid-19!

Indeks pada perdagangan minggu lalu ditutup menguat pada level 6701. Indeks ditopang oleh sektor Energy (2.01%), Industrials (1.218%), Transportation & Logistic (1.165%), Healthcare (1.039%), Financials (0.818%), Consumer Non-Cyclical (0.631%), Infrastructures (0.055%), kendati dibebani oleh sektor Properties & Real Estate (-0.165%), Basic Materials (-0.316%), Technology (-0.437%), Consumer Cyclicals (-0.946%) yang mengalami pelemahan belum signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 6660 dan level resistance 6740. Beralih ke bursa saham Amerika Serikat (AS), Pada perdagangan pekan terakhir Jumat (7/1), tiga indeks saham Bursa New York kompak melemah. Indeks Dow Jones melemah tipis 0,01% sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing ambles 0,41% dan 0,96%. Sentimen hari ini yaitu Kenaikan yield obligasi pemerintah AS yang bisa berdampak ke pasar keuangan negara berkembang seperti Indonesia. Saat ini kondisi inflasi yang terus meningkat memicu bank sentral untuk mengetatkan kebijakan moneternya lewat penurunan injeksi likuiditas dan kenaikan suku bunga. Secara historis, siklus pengetatan moneter bukanlah kabar baik untuk pasar keuangan global. Naiknya suku bunga acuan akan membuat yield surat utang pemerintah yang sering dikenal sebagai risk free meningkat. Di sisi lain, suku bunga acuan yang naik juga akan memicu kenaikan suku bunga kredit perbankan. Secara tujuan memang kenaikan suku bunga dilakukan oleh otoritas moneter untuk mengerem ekonomi agar tidak tumbuh pesat dan menyebabkan overheat. Namun borrowing cost yang lebih tinggi bisa menyebabkan beban pembiayaan bagi emiten meningkat. Alhasil turut menggerus earnings dan ekspektasi pembagian dividen yang berdampak pada penurunan harga saham. Adanya normalisasi kebijakan moneter juga memicu terjadinya outflow dana asing dari negara emerging market seperti Indonesia yang dapat menyebabkan nilai tukar mengalami depresiasi terhadap dolar AS. Kemudian risiko lain yang juga patut menjadi cermatan pelaku pasar adalah varian Omicron yang terus merebak luas. Dalam beberapa laporan penelitian memang varian ini dinilai tak se-mengerikan varian Delta dalam hal tingkat keparahan penyakit. Namun varian ini terbukti jauh lebih menular. Di pekan pertama Januari 2022, kasus infeksi harian Covid-19 global mengalami kenaikan yang tajam. Jika di akhir Desember kasus harian masih di kisaran 1 juta, per 8 Januari 2022 rerata kasus harian dalam sepekan sudah naik 2x menjadi 2,2 juta. Senada dengan kenaikan kasus Covid-19 global, kasus harian di dalam negeri juga meningkat. Kenaikan kasus Covid-19 membuat pemerintah kembali mengambil langkah tegas dengan meningkatkan PPKM untuk mengendalikan agar penularan tidak semakin meningkat dan meluas. Risiko dari normalisasi kebijakan moneter global akibat kenaikan inflasi dan pandemi Covid-19 lagi-lagi masih jadi hantu bagi pasar keuangan domestik. Oleh sebab itu investor dan pelaku pasar harus lebih waspada akan adanya peluang volatilitas yang tinggi di minggu ini. (source : CNBC Indonesia)






PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71

Jakarta Pusat 10340, Indonesia

Website : www.erdikha.com